
Potensi Ciplukan: Senyawa dalam Physalis angulata yang Dapat Menghambat Sel Kanker
Ciplukan (Physalis angulata), sejak dahulu kala tersohor dalam pengobatan tradisional Nusantara, dikenal sebagai tumbuhan obat yang ampuh mengobati beragam keluhan kesehatan, contohnya demam, inflamasi, dan masalah hati. Seiring kemajuan riset ilmiah, berbagai kajian farmakologis kontemporer telah menemukan sejumlah senyawa bioaktif di dalam tanaman ini, misalnya withanolida, flavonoid, juga alkaloid, yang menunjukkan kemampuan antikanker. Senyawa-senyawa tersebut terbukti punya kemampuan mencegah perkembangbiakan sel kanker melalui beragam cara, antara lain memicu apoptosis (kematian sel terprogram), menghambat siklus sel, juga aktivitas antiangiogenesis yang menghalangi terbentuknya pembuluh darah baru di area tumor. Penelitian dalam tabung reaksi (in vitro) maupun pada organisme hidup (in vivo) memperlihatkan bahwa ekstrak Physalis angulata berpotensi sebagai agen kemoterapi alami yang menjanjikan, terutama melawan sel kanker payudara, leukemia, serta kanker leher rahim. Hasil penemuan ini membuka kesempatan pengembangan obat berbasis herbal yang lebih aman, terjangkau, dan efektif sebagai opsi pengobatan kanker selain terapi konvensional.
1. Apa itu Ciplukan?
Ceplukan (Physalis angulata) merupakan tumbuhan liar yang masuk dalam famili Solanaceae. Penyebarannya amat luas, menghiasi area tropis juga subtropis di seluruh dunia. Ia mahir bertahan hidup di aneka lingkungan, dari lahan terlantar sampai batas hutan. Ciri khasnya yang mudah dikenali adalah buah mungilnya, dibungkus seludang tipis seperti lentera, mengering saat buah ranum. Buah ceplukan kaya senyawa bioaktif. Ada antioksidan, flavonoid, polifenol. Vitamin C dan karotenoid juga ada. Semua berperan vital. Mereka berfungsi menyingkirkan radikal bebas, mengokohkan sistem kekebalan tubuh, serta mendukung kesehatan sel. Berkat kandungan fitokimia ini, ceplukan makin mendapat sorotan dalam kajian farmakologi. Ia dianggap kandidat potensial untuk terapi antiradang, juga antikanker, bahkan antidiabetes.
2. Kandungan Senyawa Aktif Anti-Kanker
- Fisalin (A, B, D, F), yaitu sebuah senyawa aktif yang termasuk golongan steroid lakton, diambil dari tumbuhan jenis Physalis spp., misalnya Physalis angulata juga Physalis minima. Hasil studi farmakologi mengungkap, physalin A, B, D, serta F, memiliki kemampuan krusial untuk memicu apoptosis (kematian sel yang terencana), sekaligus menekan pertumbuhan sel kanker dengan selektif, terutama pada kanker payudara, kanker hati (hepatoseluler karsinoma), dan leukemia. Cara kerja molekuler dari aktivitas anti-kanker ini melibatkan pengaktifan jalur mitokondria, meningkatnya ekspresi protein pro-apoptotik seperti Bax, berkurangnya ekspresi protein anti-apoptotik seperti Bcl-2, plus penghambatan jalur sinyal proliferatif seperti NF-κB dan STAT3. Karena potensi sitotoksiknya yang tinggi, juga selektivitasnya terhadap sel kanker, physalin jadi kandidat kuat untuk dikembangkan sebagai agen kemoterapi alami yang lebih aman sekaligus efektif.
- Withanolida, yaitu kelompok senyawa lakton steroid, banyak terdapat di tumbuhan marga Withania, contohnya Withania somnifera (ashwagandha). Senyawa aktif, misalnya withangulatin A dan withangulatin I, masuk dalam golongan withanolida ini. Riset-riset in vitro serta in vivo sudah menunjukkan kalau withanolida berpotensi sebagai agen antikanker dengan cara antiproliferatif, khususnya pada sel-sel karsinoma kolon dan lambung. Efek antiproliferatif itu timbul melalui beberapa jalur molekul, diantaranya memicu apoptosis (kematian sel terencana), menghambat siklus sel, sekaligus mengatur ekspresi protein pengatur seperti p53, caspase, dan Bcl-2. Karena aktivitas ini, withanolida layak sebagai kandidat yang menjanjikan dalam pengembangan terapi tambahan kanker gastrointestinal, yang alami dan berbasis fitokimia.
- **Glikosida flavonoid**, contohnya myricetin-3-O-neohesperidoside, ialah senyawa metabolit sekunder yang sangat lazim dijumpai pada berbagai tanaman berkhasiat serta buah-buahan. Senyawa ini masuk dalam golongan flavonoid yang terikat dengan gula (glikosida), sehingga menaikkan kelarutannya di air dan kemampuannya untuk diserap tubuh. Hasil dari beberapa penelitian in vitro dan in vivo mengindikasikan bahwa myricetin-3-O-neohesperidoside memiliki aktivitas sitotoksik yang berarti terhadap banyak ragam jenis sel kanker, termasuk sel kanker payudara (MCF-7), kanker paru-paru (A549), dan kanker usus besar (HT-29). Mekanisme aksi senyawa ini diduga melibatkan induksi apoptosis, yaitu program bunuh diri sel, serta penundaan siklus sel, disamping penekanan stres oksidatif yang fokus mengarah pada sel-sel kanker, tanpa berdampak negatif pada sel-sel sehat. Kemungkinan khasiat penyembuhan mendorong glikosida flavonoid menjadi pilihan utama dalam pencarian obat antikanker alami, mengandalkan senyawa tumbuhan yang terbukti aman dan bekerja efektif.
- **Steroid dan alkaloid:** Molekul bioaktif ini memainkan peran vital dalam mengatur sistem imun dan aktivitas melawan tumor. Steroid, contohnya glukokortikoid, beroperasi dengan menahan respons peradangan serta mengontrol ekspresi gen terkait kekebalan, oleh karena itu dimanfaatkan dalam pengobatan gangguan autoimun dan tipe kanker tertentu. Di sisi lain, alkaloid—yaitu senyawa organik berbasis nitrogen alami—memperlihatkan potensi sitotoksik terhadap sel kanker melalui beragam cara, termasuk menghambat pembelahan sel (mitosis), mendorong kematian sel terprogram (apoptosis), juga mengganggu struktur dan fungsi DNA. Beberapa alkaloid, seperti vinkristin dan vinblastin, telah lama dimanfaatkan sebagai obat kemoterapi lantaran keunggulannya dalam menghambat pertumbuhan sel kanker. Efek pengatur imun dari steroid dan alkaloid juga membuka kemungkinan untuk dikembangkan menjadi agen terapi dalam penanganan kanker yang berfokus pada imunoterapi. Dengan demikian, kedua kelompok senyawa ini krusial bukan hanya dari sudut pandang farmakologi, tetapi juga menawarkan prospek besar dalam riset biomedis dan pengembangan obat kanker di masa mendatang.
3. Mekanisme Kerja Anti-Kanker
3.1 Induksi Apoptosis & Arrest Siklus Sel
Sari etanol ceplukan (Physalis angulata L.) menunjukkan khasiat anti kanker yang penting, caranya melalui proses molekuler. Proses ini meningkatkan penampakan protein pendorong kematian sel (pro-apoptotik), contohnya p53 serta Bax. Protein p53 berperan sebagai penjaga genom (guardian of the genome) yang menginduksi apoptosis dan menghentikan siklus sel ketika terjadi kerusakan DNA. Sebab lain, protein Bax yang merupakan bagian dari golongan Bcl-2, turut serta dalam melepaskan sitokrom c dari mitokondria. Pelepasan ini kemudian memulai aktivasi kaskade kaspase, yang menjadi jalur utama pada proses apoptosis intrinsik Peningkatan ekspresi kedua protein ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol ciplukan mampu mengaktivasi jalur apoptosis secara spesifik pada sel kanker. Selain itu, ekstrak ini juga menyebabkan penahanan siklus sel (cell cycle arrest) pada fase G2/M, yaitu fase penting sebelum mitosis berlangsung, yang menghambat proliferasi sel kanker lebih lanjut. Temuan ini menunjukkan potensi ciplukan sebagai agen kemoterapi alami yang bekerja melalui mekanisme dual: menginduksi kematian sel terprogram (apoptosis) dan menghambat pembelahan sel kanker.
3.2 Sitotoksis pada Sel Kanker
Penelitian laboratorium dengan senyawa aktif secara biologis memperlihatkan hasil pada sel myeloma, di mana nilai IC50 berada di angka sekitar 70,9 µg/mL. Angka ini mengindikasikan kemampuan senyawa yang cukup kuat dalam merusak sel kanker plasma. Sementara itu, pada jenis kanker payudara T47D, pengukuran IC50 menunjukkan angka 160 µg/mL. Perbedaan hasil ini mengisyaratkan adanya variasi respons sel kanker terhadap senyawa uji, yang berkaitan erat dengan ciri khas biologis dan bagaimana reseptor sel diekspresikan. Yang menarik, jika senyawa ini digunakan bersamaan dengan kemoterapi standar seperti doxorubicin, dampaknya terlihat sinergis. Hal ini berarti efektivitasnya dalam melawan kanker meningkat secara signifikan. Efek sinergis ini mengarah pada kemungkinan penggunaan senyawa sebagai pendukung dalam pengobatan kanker, khususnya untuk memaksimalkan hasil kemoterapi serta meminimalkan dosis obat yang beracun. Penemuan ini membuka jalan bagi pengembangan terapi kombinasi yang diharapkan lebih aman dan lebih efektif dalam mengatasi berbagai jenis kanker.
4. Kelebihan dan Tantangan
Keunggulan: Produk-produk yang dibuat dari bahan alami punya beberapa poin plus yang bikin mereka jadi pilihan favorit di bidang kesehatan dan pengobatan alternatif. Pertama-tama, karena asalnya dari sumber yang ada di alam, kayak tanaman, bumbu dapur, atau bahan dari makhluk hidup lain, produk ini biasanya lebih mudah diserap tubuh dan cocok sama tubuh kita. Ini bikin risiko efek samping yang parah, yang sering ada di obat-obatan buatan, jadi lebih kecil. Selain itu, banyak zat aktif alami yang udah dibuktiin secara ilmiah bisa ningkatin daya tahan tubuh. Imunitas tubuh itu bisa banget dibantu sama mereka buat melawan infeksi serta penyakit yang ada. Gak cuma itu, kandungan yang sifatnya anti-peradangan dan antioksidan dari bahan alami, kayak flavonoid, polifenol, dan tanin, juga penting banget buat mencegah kerusakan sel gara-gara radikal bebas. Dan ini juga bisa bantu kurangi kemungkinan terkena penyakit kronis, contohnya kanker, diabetes, serta gangguan jantung. Dengan segala manfaat itu, produk alami makin dicari sebagai solusi kesehatan yang menyeluruh dan berkelanjutan.
Tantangan: Sampai sekarang, riset kebanyakan baru sampai pada taraf in vitro, berarti pengujian yang dilakukan di luar tubuh makhluk hidup, lazimnya di tempat laboratorium seperti cawan petri atau tabung reaksi. Meski hasil awalnya memberi isyarat harapan, tahap ini belumlah cukup untuk membuktikan ampuh dan amannya sebuah senyawa atau terapi secara tuntas. Maka dari itu, perlu dilanjutkan uji pra-klinis alias in vivo pada hewan buat menilai bagaimana senyawa tersebut berelasi di dalam sistem biologis yang rumit. Sesudah itu, dibutuhkan juga uji klinis terhadap manusia dalam beberapa fase, yang meliputi pengujian keselamatan (safety), penentuan takaran paling baik, serta penilaian manjur terapeutiknya secara statistik. Proses ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa calon terapi tersebut tidak hanya bermanfaat, namun juga aman dipakai dalam waktu sebentar atau lama. Keterbatasan ini adalah tantangan utama dalam alih fungsi dari lab ke penggunaan klinis yang nyata, dan merupakan hal pokok dalam pengembangan produk berbasis sains yang bernilai secara medis dan regulatif.
5. Aplikasi Potensial
Beberapa cara pemanfaatan ciplukan:
- Suplemen herbal berbasis ekstrak etanol adalah produk suplemen yang diformulasikan menggunakan bahan aktif dari tumbuhan obat yang diekstraksi dengan pelarut etanol (alkohol etil). Proses ekstraksi ini bertujuan untuk menarik senyawa bioaktif seperti flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan senyawa fenolik yang memiliki berbagai khasiat terapeutik.
- Salah satu tantangan utama dalam terapi kanker adalah penggunaan obat-obatan kemoterapi yang memiliki efek toksik tinggi terhadap sel sehat. Penggunaan senyawa turunan SCo (organoselenium kompleks), yang berfungsi sebagai agen adjuvan dalam kemoterapi, telah terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan efektivitas pengobatan sekaligus menurunkan kebutuhan dosis obat kemoterapi konvensional. Dengan cara ini, senyawa SCo tidak hanya membantu mengurangi resistensi sel kanker terhadap obat, tetapi juga secara signifikan menurunkan risiko efek samping sistemik seperti kerusakan organ, mual parah, dan kelelahan ekstrem.
Riset terbaru memperlihatkan, kalau senyawa yang punya dasar selenium ini dapat memperparah stres oksidatif spesifik pada sel kanker. Akibatnya, sel kanker jadi lebih gampang kena serangan kemoterapi. Sebaliknya, senyawa ini memiliki efek protektif terhadap sel normal melalui mekanisme antioksidan. Dengan strategi ini, terapi kombinasi antara SCo dan agen kemoterapi mampu mengefisienkan terapi kanker dengan toksisitas yang lebih rendah. Implementasi SCo sebagai adjuvan juga membuka potensi personalisasi pengobatan kanker, di mana dosis kemoterapi dapat disesuaikan berdasarkan respon biologis pasien, sehingga meningkatkan kualitas hidup dan hasil klinis jangka panjang.
- Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah dibuktikan secara ilmiah melalui uji praklinis dan klinis, serta telah memenuhi standar mutu dan keamanan sesuai dengan regulasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Tidak seperti jamu atau obat herbal terstandar, fitofarmaka memiliki bukti ilmiah yang kuat sehingga dapat digunakan dalam sistem pelayanan kesehatan formal.
6. Bagaimana Konsumsi Ciplukan dengan Aman?
- Konsultasi sediaan dengan herbalis atau profesional medis.
- Pilih ekstrak standar, bukan mengonsumsi tanaman mentah tanpa panduan.
- Perhatikan dosis sesuai panduan uji klinis masa depan.
7. Penelitian Terkini di Indonesia
Sari Etanol Ceplukan (Physalis angulata) sebagai Calon Co-Kemoterapi Kanker Payudara Riset ilmiah oleh para ilmuwan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menemukan bahwa sari etanol dari tumbuhan ceplukan (Physalis angulata) punya kapabilitas menghambat perkembangbiakan sel kanker payudara secara signifikan. Studi itu pula mengungkap bahwa senyawa aktif dalam ceplukan mampu berinteraksi secara sinergis dengan doxorubicin, salah satu medikasi kemoterapi yang biasa digunakan untuk kanker payudara. Kolaborasi ini mengisyaratkan perpaduan keduanya punya potensi memperkuat efektivitas terapi, sekaligus menurunkan takaran dan dampak buruk doxorubicin.
Dari segi farmakologi, sari ceplukan menyimpan beragam senyawa bioaktif seperti withanolida, flavonoid, serta steroid alami, yang telah terbukti menunjukkan aktivitas antikanker melalui mekanisme induksi apoptosis (kematian sel terprogram) dan penghambatan siklus sel kanker. Dampak ini memberikan landasan ilmiah yang kokoh bahwa ceplukan tak hanya memiliki potensi terapeutik sebagai agen tunggal, melainkan juga sebagai agen pendukung (co-chemotherapy) yang meningkatkan efektivitas pengobatan konvensional. Potensi ini amat menjanjikan khususnya di tengah usaha pengembangan terapi kanker yang lebih terjangkau, alami, serta minimal efek samping, juga sejalan dengan tren pengobatan integratif berbasis herbal.
👉 Sumber Studi UGM: Jurnal ilmiah yang dimuat dalam Indonesian Journal of Cancer Chemoprevention oleh Fakultas Farmasi UGM menyatakan:
“Ethanol extract of Physalis angulata exhibits cytotoxic activity against MCF-7 breast cancer cells and shows synergism when combined with doxorubicin.” Baca Selengkapnya disini
8. Rekomendasi dan Prospek
Untuk mengoptimalkan potensi ciplukan:
- Melanjutkan uji praklinis dan toksisitas.
- Standarisasi metode ekstraksi.
- Percepat uji klinis pada manusia.
9. Kesimpulan
Ciplukan (Physalis angulata) adalah tumbuhan obat dari daerah tropis yang menunjukkan potensi besar sebagai zat anti-kanker. Sejumlah penelitian ilmiah telah mengidentifikasi berbagai senyawa bioaktif di dalamnya, termasuk physalin, withanolide, dan flavonoid, yang berperan penting dalam menghambat pertumbuhan sel kanker, menginduksi apoptosis (kematian sel kanker secara terprogram), serta menekan proses angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru yang dibutuhkan oleh tumor untuk tumbuh). Senyawa physalin diketahui memiliki efek sitotoksik terhadap berbagai jenis sel kanker, termasuk kanker payudara, leukemia, dan kanker paru-paru. Sementara itu, withanolide menunjukkan aktivitas anti-proliferatif yang dapat menghambat siklus sel kanker, dan flavonoid berperan sebagai antioksidan yang melindungi sel dari kerusakan oksidatif, salah satu pemicu kanker.
Meski demikian, meskipun bukti pra-klinis (in vitro dan in vivo) cukup menjanjikan, pemanfaatan Physalis angulata sebagai terapi klinis masih memerlukan penelitian lanjutan. Hal ini mencakup studi farmakokinetik, toksisitas jangka panjang, serta uji klinis terkontrol pada manusia untuk memastikan efektivitas dan keamanannya secara menyeluruh. Dengan pendekatan riset yang tepat, Physalis angulata berpotensi dikembangkan menjadi fitofarmaka atau bahkan obat kanker alami di masa depan. Oleh karena itu, dukungan dari kalangan akademisi, industri farmasi, dan pemerintah sangat diperlukan untuk menggali potensi tanaman lokal ini secara optimal dan berkelanjutan.
Simak informasi terkait manfaat ciplukan lainnya di:
- Ciplukan meningkatkan kekebalan tubuh
- Ciplukan penurun demam
- Cragg, G.M., & Newman, D.J. (2013). Natural products: a continuing source of novel drug leads. Biochimica et Biophysica Acta (BBA) - General Subjects, 1830(6), 3670–3695.
- Chou, T.C. (2006). Theoretical basis, experimental design, and computerized simulation of synergism and antagonism in drug combination studies. Pharmacological Reviews, 58(3), 621–681.
© 2025 Cara Sehat Ala Tradisi. Semua informasi disusun berdasarkan penelitian terpercaya dan disajikan secara mendalam namun mudah dipahami.